Mengenal Kolostrum
Bunda sudah pernahkah mendengar kolostrum? Air susu yang pertama kali keluar dari payudara Ibu setelah melahirkan sangatlah kaya nutrisi dibanding ASI, ini disebut kolostrum. Jaman dahulu ada mitos mengenai kolostrum yang dianggap sebagai susu basi dan kotor yang harus dibuang karena warnanya yang kekuningan serta bertekstur kental. Benarkah pandangan ini? Mari kita berkenalan sedikit dengan kolostrum agar semua bunda mengetahui betapa pentingnya kandungan kolostrum yang mengandung molekul bioaktif, tinggi protein dan asam amino taurin yang berfungsi untuk melawan infeksi, menjaga daya tahan tubuh dan mendukung perkembangan organ terutama otak bayi. Jadi, jangan dibuang ya segera susui bayi ketika lahir karena kolostrum yang dihasilkan oleh Ibu hanya sedikit dan berlangsung beberapa hari saja sebelum ASI benar-benar keluar.
Hak Anak
Selain kolostrum yang jumlahnya sedikit tapi sangat kaya manfaat, ASI juga merupakan sumber gizi utama bagi bayi. Pemberian ASI untuk bayi yang dianjurkan WHO yaitu ASI eksklusif sampai dengan bayi berusia 6 bulan kemudian diselingi pemberian makanan pendamping atau MPASI. Setelah itu, disarankan untuk melanjutkan pemberian ASI hingga bayi berusia genap 2 tahun. Pentingnya menyusui ini seperti yang diperintahkan Allah SWT untuk semua Ibu di dunia agar memberikan hak anak mereka dengan pemberian makanan terbaik yang datang langsung dari payudaranya, “Para Ibu hendaknya menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh bagi mereka yang ingin menyusui secara sempurna” (QS. Al-Baqarah : 233). Sedangkan seorang Ayah wajib mengambil peran dalam membantu kelancaran menyusui dengan menyediakan semua kebutuhan Ibu. Bisa dikatakan jika seorang Ibu bahagia maka akan berdampak pada kebahagiaan anak. Ibu yang merasa bahagia dapat meningkatkan hormon oksitosin atau dikenal dengan nama hormon cinta yang berperan penting dalam merangsang produksi ASI membuat ASI deras dan lancar. Sebaliknya, Ibu yang tidak bahagia alias stres dapat menghambat proses mengASIhi. Untuk itu selain Ibu, Ayah juga perlu edukasi karena menyusui bukan hanya tanggung jawab Ibu tetapi dibutuhkan dukungan dan kerjasama dari suami. Dalam beberapa catatan Ratu Elizbeth II mengabaikan tradisi lama para leluhur atas larangan memberi ASI kepada anak-anak yg dilahirkan seorang ratu karena diyakini menghambat tugas dan suksesi kenegaraan. Ratu memberikan bayi Charles dan adik-adiknya ASI eksklusif sebagai alarm, mengisyaratkan kepada seluruh perempuan Inggris wajib memenuhi hak bayinya seperti halnya memastikan Lilibeth dan menantu lainnya untuk tetap memberikan ASI eksklusif pada jajaran pangeran.
Fakta
Data Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2022 menyebut bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 1.062 bayi dari 2.392 bayi yang ada. Artinya, masih lebih dari setengah bayi yang tidak mendapatkan haknya. Peran pemerintah untuk mewujudkan fungsi protection (perlindungan) terhadap hak bayi adalah hal yang urgen untuk diskemakan dengan formulasi yang tepat guna memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya kaum Ibu. Kampanye mengASIhi harus terus didengungkan, paling tidak harapan kedepan generasi baru tumbuh sehat dan cerdas. Dalam proses menyusui bukan hanya bayi saja yang mendapatkan manfaatnya tetapi sebagai Ibu ada banyak manfaat yang bisa didapatkan karena menyusui melibatkan kontak kulit langsung antara Ibu dan anak yang disebut skin to skin. Kontak fisik ini memiliki pengaruh yang besar untuk menciptakan hubungan yang kuat dengan adanya ikatan emosional diantara Ibu & bayi atau istilah kerennya bonding. Selain itu ASI sendiri memiliki keunikan yang terletak pada komposisinya yang tidak ditemukan pada jenis asupan tambahan lainnya. Manfaat selanjutnya yang terpenting adalah dengan menyusui dapat mencegah Ibu dari kanker payudara yang merupakan pembunuh wanita nomor 1 di dunia.
MengASIhi dengan keras kepala
MengASIhi butuh pengorbanan besar, MengASIhi lah dengan keras kepala karena hal itu bukan perkara yang mudah. Banyak hambatan dan problematika yang kerap dialami Ibu sehingga membuatnya gagal menyusui. Selama ini hal tersebut hanya menjadi masalah bagi Ibu padahal peran orang terdekat seperti suami, orang tua, mertua, kerabat dan kondisi lingkungan sekitar sangat berpengaruh untuk psikologis Ibu dan kelancaran menyusuinya. Penyebab kegagalan tersebut pada intinya adalah minimnya ilmu pengetahuan mengenai laktasi. Banyak perintah dari Allah SWT tentang pentingnya menyusui selain QS. Al-Baqarah ayat 233 yang disebutkan di atas, ada juga QS. Lukman ayat 14 dan QS. Al-Ahqaf ayat 15 yang menyebutkan pentingnya pemberian ASI. Iklan susu formula dan botol susu bayi yang gencar di TV maupun media sosial serta lemari-lemari supermarket yang berjajar cantik membuat Ibu tanpa sadar terpengaruh iming-iming manfaat dari produk tersebut. Bahkan ada banyak dokter di beberapa rumah sakit diluar sana yang masih pro dengan susu formula dan menyarankan merek susu tertentu untuk Ibu yang baru melahirkan. Saya berharap para dokter disini tidak melakukan hal serupa untuk kepentingan pribadinya. Hambatan lain dalam menyusui adalah faktor lingkungan yang tidak mendukung seperti dukungan suami, orang tua, mertua, teman dan kondisi lingkungan sekitar serta banyaknya alasan dari Ibu yang bekerja. Didunia ini, tidak ada Ibu yang tidak punya ASI semuanya punya hanya saja beberapa saat atau hari setelah melahirkan ASInya belum keluar dikarenakan faktor-faktor tertentu, segera cari tau penyebabnya dan minta bantuan medis atau mengunjungi klinik laktasi yang ada.
Jangan mudah menyerah dengan keadaan karena seorang Ibu wajib mengusahakan melaksanakan kewajibannya mengASIhi tanpa terkecuali selain dikarenakan penyakit kronis tertentu yang membuatnya dilarang menyusui dan kondisi tertentu dari bayi. Penulis sendiri bukan seseorang yang ahli dalam urusan gizi dan sesuatu yang berbau ilmiah dan sebagainya, hanya memiliki pengalaman yang tidak mudah saat itu tetapi karena keras kepala atau memaksakan diri harus menyusui serta sangat menghindari pemberian dot atau botol susu bayi dan susu formula, Alhamdulillah masa itu dilalui hingga berhasil menyusui langsung dari payudara sampai anak berusia 2,5 tahun. Dengan adanya pengalaman dalam memberikan ASI secara langsung terhadap anak saya selama ini, saya berharap para Ibu di Maluku Utara juga dapat melakukan hal yang sama. Di lain kesempatan, saya bersyukur pernah dikasih kesempatan untuk menceritakan pengalaman tersebut dalam mengedukasi Ibu pada forum bersama Ketua Asosiasi Konsultan Laktasi International Indonesia dr. Asti Praborini, SpA, IBCLC beliau sekaligus dokter yang membantu saya untuk berhasil menyusui. Jika dibahas apa saja yang sudah penulis lakukan maka artikel ini akan sangat panjang tetapi kalau ada yang penasaran mungkin di tulisan selanjutnya akan saya ceritakan. Semangat pejuang ASI. Selamat mengASIhi, ingat selalu ada solusi untuk setiap masalah menyusui, jangan selalu ambil jalan pintas dengan botol dan susu formula. Berikanlah hak bayi anda. Menyusuilah dengan keras kepala dan hati yang kuat. (**)
Discussion about this post