TERNATE, MPe — Dalam upaya menurunkan angka stunting dan penyakit ginjal kronis BKKBN Maluku Utara (Malut) menjalin kerja sama (MoU) dengan Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kota Ternate.
Mewujudkan hal itu Ketua DW Persatuan Perw BKKBN Malut, Dr. dr. Nursin Abd Kadir, M.Kes, Sp.PK (K) didampingi Kepala BKKBN Malut, Nuryamin melakukan pertemuan dengan Direktur Poltekkes Ternate, Ridwan Yamko,M.Kes. Bertempat di Kampus Poltekkes Ternate, pada Senin (13/11/2023). Guna membahas hal tersebut.
Dr. dr. Nursin Abd Kadir yang juga sebagai Staf Pengajar Departemen Ilmu Patologi Klinik FK Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu, usai pertemuan dengan Direktur Poltekkes Ternate kepada awak media menuturkan, menyambut hari Nusantara 2023 dan hari kesehatan Nasional pihaknya melakukan serangkain Bakti Sosial di 5 Puskesmas yang tersebar di Kota Tidore dan 2 Puskesmas di Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan.
Dia menyampaikan, selama 2 hari bakti sosial ada temuan yang cukup baik mengenai penyakit malaria, terdapat 100 orang masa subur yang di test semuanya menunjukkan hasil negatif artinya tidak terjangkit penyakit malaria.
“Dari yang kami periksa tidak ada satupun yang positif malaria, dan alhamdulillah,” ujarnya.
Temuan tersebut, berbeda dengan hasil tes urine berdasarkan data yang diambil di beberapa Kelurahan di Kota Tidore, ditemukan ada leukosit pada kandungan urine. Yakni terdapat 37 sampai 40 persen berisiko tinggi Infeksi Saluran Kemih (ISK), jalan masuk terjadinya gangguan ginjal atau gagal ginjal kronik.
Apalagi di Maluku Utara pada umumnya secara nasional berada di urutan ke – 2 dengan gangguan ginjal kronik pada usia 15 tahun keatas berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018.
Di Kota Tidore Kepulauan tempat temuannya penyakit ISK tersebut belum diketahui pasti apa penyebabnya. Juga kemudian temuannya terkait resiko stunting seperti sampel di beberapa Kelurahan seperti Tosa, Talagamori dan Lifofa terdapat prevalensinya 64 sampai 66 persen temuannya yang menurutnya sangat tinggi.
“Walaupun kita tidak menemukan adanya keluhan atau ada tetapi nanti (bagi mereka) nanti hilang (sembuh) . Tapi ini kalau sampai kronik maka kena ke ginjal maka inilah awal mula gangguan ginjal. Dan temuan ini kita perlu lakukan tindakan lebih lanjut dengan terus memberikan edukasi,” tutur dia.
Olehnya itu, selaku staf pengajar departemen patologi klinik Unhas, Nursin mengaku sangat tertarik untuk menindaklanjuti kedepannya. Seperti bekerjasama juga dengan Dinas Kesehatan setempat untuk bagaimana menurunkan angka stunting dan juga penyakit ginjal kronik tersebut.
“Kerja sama dalam bentuk pengabdian masyarakat dan boleh jadi dalam bentuk penelitian, karena itu fungsi dari tri Dharma perguruan tinggi” katanya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Malut, Nuryamin mengatakan, BKKBN Malut terus melakukan upaya upaya untuk terus menurunkan angka stunting dengan berbagai pendekatan- pendekatan ke masyarakat.
Dengan cara mendorong agar ibu – ibu hamil dan anak balita dan menyusui disarankan agar memenuhi asupan gizi dan protein.
Nuryamin bilang, sementara hasil temuan dari kegiatan baksos berupa kasus infeksi ginjal tersebut menurutnya merupakan sebuah tantangan bagi BKKBN kedepannya. Karena serapan gizi yang diberikan tentunya dengan temuan tersebut tidak diterima secara baik oleh metabolisme tubuh.
“Akhirnya gizi yang kita harapkan terserap secara baik oleh tubuh tidak 100 persen,” katanya.
Meski begitu, kata dia, akan disampaikan ke kepala BKKBN untuk menjadi indikator tambahan dalam menurunkan stunting. Seperti tambahan pangan maupun dengan cara – cara lain.
“Jadi bukan hanya pendekatan sosial aja tetapi ada juga pendekatan – pendekatan yang harus kita bangun karena memang lembaga penelitian punya peran di tengah masyaraka dan nantinya kita akan terus dorong,” tuturnya.
Apalagi menurutnya Kota Tidore Kepulauan merupakan kasus angka stunting yang cukup serius untuk ditangani kedepannya karena tak berbeda jauh dengan 2 daerah seperti Morotai yang berada di urutan pertama angka stunting dan Halmahera Tengah.
“Target kita memang 14 persen secara nasional. Tetapi harapan saya bisa tekan sampai nol persen, artinya tidak ada lagi anak – anak stunting di Maluku Utara. Makanya
Ibu hamil dan ibu ibu yang memasuki masa pernikahan itu haru kita benahi dari awal kita betul betul sasar ini supaya mereka betul betul siap tubuhnya untuk melakukan proses kehamilan dan persalinan sehingga bayi bayi yang dilahirkan ini punya daya saing untuk kedepannya,” pungkasnya.
Direktur Poltekkes Ternate, Ridwan Yamko,M.Kes pada kesempatan itu menambahkan, apa yang menjadi temuan dari Dr. dr Nursin Abdul Kadir selama temuannya dalam kegiatan baksos di Kota Tidore Kepulauan akan ditindaklanjuti berdasarkan MoU. Dalam bentuk pengabdian masyarakat.
“MoU kerja sama dengan departemen patologi klinik Unhas ini kemudian kita menindaklanjuti dalam bentuk kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat dan kita fokus ke Tidore kepulauan,” katanya.
Kata dia, selama ini di Malut hasil atau data riset itu belum sepenuhnya menjadi barometer untuk pengambilan kebijakan di Pemprov Maluku Utara.
“Harapan kami itu harus ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan kegiatan dalam bentuk penelitian di kampus – kampus di Maluku Utara. Kemudian itu menjadi data base kita dalam rangka untuk pengambilan keputusan, apasih yang menjadi kebutuhan dasar masalah kesehatan yang perlu dituntaskan di daerah itulah yang paling penting. Makanya kami memandang kegiatan ini harus berkelanjutan jika tidak selesai maka infeksi itu akan terus menerus (terus ada). Inilah yang menjadi harapan kami untuk memutuskan ginjal kronik tersebut dengan mencari tahu apa penyebabnya,” jelasnya.
Selain itu, merespon temuan dari Dr. dr Nursin maka Poltekkes Ternate dengan adanya jurusan Lingkungan yang nantinya akan melihat apa penyebab infeksi dari temuan dari patologi klinik Unhas tersebut.
“Kebetulan kami di Poltekkes ada jurusan lingkungan yang konsen akan melihat masalah air yang bisa bekerjasama dengan patologi klinik kemudian kita mau lanjutkan temuan dari pada ibu dokter (Nursin) dalam bentuk kegiatan yang nyata dan berkelanjutan”
“Sehingga informasi yang kami dapat kan hari ini bisa berlanjut dan kita dapat mengetahui sejauh mana permasalahan penting yang terjadi di kota Tidore kepulauan apa penyebabnya.
Apakah karena air ataukah hal lain yang perlu kita telusuri lagi,” jelasnya mengakhiri. (**)

