Penulis: Ririn Damayanti, SE, MM
Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun Ternate
≈================≈===================
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Dalam konteks pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan menghadapi tantangan era globalisasi, digitalisasi UMKM kini menempati posisi strategis sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
Lebih dari 64 juta UMKM tersebar di seluruh penjuru Tanah Air, menyumbang sekitar 61% Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97% tenaga kerja nasional. Potensi yang besar ini, jika dikombinasikan dengan adopsi teknologi digital secara luas, dapat melahirkan lompatan produktivitas dan efisiensi yang signifikan di sektor ekonomi rakyat.
Selain itu, transformasi digital bukan sekadar tren digitalisasi UMKM bukan sekadar mengikuti arus zaman.
Ia merupakan kebutuhan nyata untuk memperkuat daya saing, membuka pasar baru, dan menciptakan ekosistem usaha yang lebih inklusif. Melalui pemanfaatan platform e-commerce, aplikasi pencatatan keuangan, pembayaran non-tunai, hingga promosi lewat media sosial, pelaku UMKM kini bisa menjangkau konsumen lintas wilayah bahkan lintas negara.
Transformasi digital ini juga memberikan peluang bagi UMKM untuk mengakses layanan keuangan yang sebelumnya sulit dijangkau, seperti pinjaman berbasis data digital, sistem inventory otomatis, dan pelatihan daring. Dengan digitalisasi, keterbatasan modal, lokasi, atau jaringan distribusi tak lagi menjadi penghalang utama.
Dukungan Pemerintah dan Ekosistem
Pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga terus menggenjot program digitalisasi UMKM.
Salah satunya adalah target untuk menghubungkan 30 juta UMKM ke ekosistem digital pada tahun 2026. Program pelatihan literasi digital, bantuan alat kerja, pendampingan bisnis, hingga kolaborasi dengan platform teknologi telah diluncurkan untuk mendorong percepatan ini.
Selain itu, sektor swasta, termasuk perbankan, startup fintech, dan platform e-commerce turut berperan aktif. Mereka menghadirkan solusi-solusi teknologi yang ramah bagi UMKM, baik dalam bentuk aplikasi sederhana, fitur transaksi instan, hingga akses logistik murah dan cepat.
Tantangan yang Perlu Diatasi
Meski arah digitalisasi semakin jelas, tantangan tetap mengemuka. Masih banyak pelaku UMKM yang belum memiliki pemahaman yang cukup tentang teknologi, belum percaya diri menggunakan aplikasi digital, atau menghadapi kendala infrastruktur seperti koneksi internet yang tidak stabil.
Literasi digital menjadi tantangan utama. Tanpa pemahaman yang memadai, digitalisasi justru dapat memperlebar kesenjangan antara pelaku usaha yang siap dan yang tertinggal. Oleh karena itu, upaya edukasi dan pemberdayaan harus dilakukan secara merata dan berkelanjutan.
Isu lain adalah keamanan data dan perlindungan konsumen.
Dalam dunia digital, risiko penipuan, kebocoran data, hingga transaksi fiktif lebih tinggi. Regulasi yang adaptif serta sistem keamanan digital yang kuat menjadi kunci menjaga kepercayaan dan keberlanjutan ekosistem digital UMKM.
Arah Masa Depan Ekonomi Rakyat
Digitalisasi UMKM sejatinya bukan hanya soal teknologi, melainkan soal perubahan cara berpikir dan cara kerja.
Ini adalah momentum untuk mengangkat ekonomi rakyat agar tidak tertinggal dari arus perubahan zaman. UMKM yang digital bukan hanya lebih tangguh dalam menghadapi krisis, tetapi juga lebih lincah dalam merespons kebutuhan pasar.
Sehingga, dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil, ekosistem UMKM digital di Indonesia dapat tumbuh lebih sehat dan inklusif. Kunci utamanya adalah memastikan tidak ada yang tertinggal—baik dari sisi akses, pengetahuan, maupun manfaat ekonomi.
Digitalisasi adalah jalan bagi UMKM untuk berkembang, naik kelas, dan menjadi kekuatan ekonomi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga mendominasi di era transformasi digital ini. (**)
