MOROTAI – Sejarah baru terukir di Pulau Morotai. Untuk pertama kalinya, Gerakan Sekolah Masuk Museum digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ke-97, mengubah Museum Perang Dunia II dan Museum Trikora menjadi “kelas sejarah hidup” bagi puluhan siswa SD.
Di tengah era digital yang menjauhkan anak-anak dari buku sejarah, siswa dari 5 sekolah—SDN 1 Unggulan, SDN 9 SP 1 Desa Morodadi, SDN 12 SP 2 Desa Nakamura, SD Muhammadiyah Gotalamo, dan SD GMIH LOC—memilih cara berbeda: melangkah ke dalam “mesin waktu” bernama museum, tepat di tanah tempat Jenderal Douglas MacArthur pernah memimpin pertempuran strategis Pasifik 1944.
Momen paling mengharukan terjadi ketika seorang siswa SD menyampaikan harapannya langsung kepada Letkol Arh Masykur Akmal, S.T., M.T., Dandim 1514/Morotai: “Pak Dandim, tolong Museum Trikora diperbaiki supaya kami bisa terus belajar sejarah di sini.”
Permintaan polos itu membuat Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si (Han), Ketua Tim Ekspedisi Patriot UI-Kementerian Transmigrasi dan Dosen Fakultas Ilmu Administrasi UI, bersuara dengan nada bergetar.
“Saya mengajak kita semua—pemerintah daerah, TNI, akademisi, dan masyarakat—untuk bersama-sama merawat dan merevitalisasi Museum Trikora. Ini bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi tanggung jawab kita bersama sebagai bangsa yang menghargai sejarahnya.” Katanya.
Dalam sambutannya, Dr. Rachma Fitriati menekankan pentingnya Morotai dalam sejarah dunia dan Indonesia. “Pulau Morotai ini bukan hanya pulau yang indah, tetapi juga saksi bisu perjuangan besar dalam sejarah dunia. Di Museum Perang Dunia II, tersimpan jejak keberanian para pahlawan dari berbagai bangsa. Di Museum Trikora, kita belajar bagaimana bangsa Indonesia berjuang merebut Irian Barat yang akan dijadikan negara boneka oleh Belanda.”
Rachma juga menjelaskan fakta menarik: “IRIAN adalah singkatan Ikut Republik Indonesia Anti-Netherland. Akronim ini dipopulerkan oleh Presiden Soekarno setelah diusulkan oleh pejuang kemerdekaan Frans Kaisiepo pada Konferensi Malino tahun 1946.”
Kepada para siswa, Rachma menitipkan harapan: “Jangan pernah lupa sejarah kalian. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Kalian adalah harapan Indonesia. Belajarlah dengan giat, bermimpi setinggi langit, dan jangan pernah berhenti berjuang untuk menjadi yang terbaik. Saya tunggu kalian kuliah di Universitas Indonesia!”
Letkol Arh Masykur Akmal, S.T., M.T., Dandim 1514/Morotai, yang berdialog langsung dengan siswa, menekankan kebanggannya dan harapannya agar generasi muda Morotai melanjutkan estafet perjuangan—bukan dengan senjata, tetapi dengan ilmu pengetahuan, prestasi, dan karya nyata.
Mauluddin Wahab, S.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pulau Morotai, menyampaikan apresiasinya kepada Tim Ekspedisi Patriot UI-Kementerian Transmigrasi yang telah menjadi penggagas gerakan yang baru pertama kali diselenggarakan di Pulau Morotai.
“Mari kita jadikan museum sebagai ruang belajar yang hidup, inspiratif, dan menyenangkan bagi generasi muda Morotai. Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi kegiatan rutin dari Bapak/Ibu Guru agar berkelanjutan,” papar Mauluddin.
Ia berharap kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang rekreasi edukatif, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap daerah kita yang kaya akan nilai sejarah.”
Gerakan Sekolah Masuk Museum ini diinisiasi oleh Tim Ekspedisi Patriot UI-Kementerian Transmigrasi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Morotai, bersama Kodim 1514/Morotai dan Universitas Pasifik Morotai.
Program ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam Asta Cita untuk memperkuat pendidikan karakter berbasis sejarah dan budaya lokal. Di era di mana anak-anak lebih akrab dengan TikTok daripada Trikora, museum menjadi solusi: ruang belajar alternatif yang hidup, kontekstual, dan bermakna. (**)
