PULAU MOROTAI — Dalam rangka memperingati Hari Literasi Internasional, sebuah langkah monumental untuk membangun budaya membaca di kalangan anak-anak resmi dimulai di Pulau Morotai. Bertempat di Kampus Universitas Pasifik Morotai,
Save the Children, Relawan Literasi Masyarakat Nasional (Relima), Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPDKD), serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pulau Morotai bersinergi meluncurkan MOPI — Mobil Pintar, sebuah perpustakaan keliling yang dirancang untuk menjangkau sekolah dan di desa-desa.
MOPI hadir sebagai jawaban atas tantangan akses literasi di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), membawa buku-buku edukatif dan inspiratif langsung ke tangan anak-anak. Dengan desain inklusif dan pendekatan komunitas, MOPI bertujuan menyalakan semangat membaca sejak usia dini, memperkuat daya imajinasi, dan membuka pintu pengetahuan yang merata.
Relima merupakan bagian dari gerakan literasi nasional yang dibentuk oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Di Morotai, Relima digerakkan oleh Febriana Pratiwi, seorang akademisi dan pegiat literasi yang berkomitmen terhadap pendidikan inklusif dan transformasi sosial melalui cerita dan komunitas.
Peran aktif Relima dalam kegiatan ini memperkuat sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga non-profit dalam mendorong gerakan literasi yang berkelanjutan.
Kegiatan peluncuran ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Perpustakaan Daerah, perwakilan Kemenag, akademisi, guru PAUD dan SD, kepala desa, serta anak-anak yang menjadi pusat semangat acara. Kehadiran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung literasi sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia
“MOPI bukan sekadar kendaraan, tapi ruang harapan. Literasi bukan hanya soal membaca, tapi tentang memahami, bermimpi, dan berani bersuara. Kami ingin anak-anak tahu bahwa pengetahuan adalah hak mereka, dan cerita mereka layak didengar,” ujar Febriana.
Inisiatif ini merupakan bagian dari advokasi literasi yang lebih luas, dengan harapan MOPI dapat menjadi model layanan inklusif dan berkelanjutan yang bisa direplikasi di daerah lain di Indonesia.
Kolaborasi lintas sektor ini menunjukkan bahwa ketika komunitas, pemerintah, dan lembaga non-profit bersatu, perubahan nyata bukan hanya mungkin—tapi tak terelakkan. (**)