TERNATE — Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) akan menggelar sejumlah kegiatan bakti sosial di Kota Ternate, Maluku Utara, seperti layanan kesehatan gratis berbagai penyakit dan edukasi medis. Sejumlah rencana kegiatan tersebut dalam rangka Dies Natalis FKUI ke – 75.
FKUI menyatakan, berkomitmen untuk berperan aktif dalam membangun sumber daya manusia (SDM) kesehatan di Provinsi Maluku Utara (Malut), khususnya dalam upaya penyediaan tenaga dokter spesialis.
“Tentunya, kami akan prioritaskan dokter asli daerah untuk pendidikan spesialis di FKUI,” kata Dekan FKUI, Prof DR dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dalam pernyataan resminya usai menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Malut di Unkhair Ternate, Rabu, (30/7).
Menurut Prof. Ari, salah satu bentuk kontribusi nyata FKUI adalah memberikan kesempatan kepada dokter-dokter asal Maluku Utara, khususnya yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk menempuh pendidikan dokter spesialis di FKUI. Para peserta program akan mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, termasuk pembiayaan biaya hidup serta dukungan proses seleksi dan pendidikan.
“Kami tidak akan mengurangi standar penerimaan. Jika pada kesempatan pertama yang lolos hanya 20 persen, maka sisanya akan dibina agar siap ikut seleksi berikutnya. Kalau setelah dibina hanya 30 persen lagi yang bisa memenuhi standar, ya berarti totalnya 50 persen. Yang lainnya bisa mencari pendidikan di tempat lain,” jelas Prof. Ari.
Tidak hanya membuka jalur pendidikan bagi dokter lokal, FKUI juga akan mengirimkan dokter-dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) senior ke daerah-daerah di Maluku Utara yang masih kekurangan dokter spesialis. Ini merupakan bagian dari strategi UI untuk menjembatani kesenjangan pelayanan kesehatan di daerah.
“Kami pernah melakukan hal serupa di Papua. Saat ini ada 28 dokter asli Papua yang sedang menempuh pendidikan spesialis di FKUI dan tujuh orang sudah lulus dan kembali bertugas di Papua. Skema ini akan kami terapkan juga di Malut,” katanya.
Selain Papua dan Maluku Utara, FKUI juga sudah bekerja sama dengan wilayah-wilayah seperti Natuna dalam pengiriman dokter PPDS senior untuk pelayanan sementara sambil menunggu lulusan lokal yang kembali dari pendidikan.
Dekan FKUI menyatakan, UI juga akan bersinergi dengan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, terutama dalam penguatan kapasitas akademik dan riset. Melalui program capacity building, FKUI akan memberikan arahan kepada dosen-dosen di Unkhair mengenai peluang studi lanjut S2 dan S3 di FKUI.
“Kami juga ingin membantu membangun SDM di Unkhair, termasuk dalam bidang penelitian bersama. Jadi pembinaan itu tidak hanya dari sisi akademik, tapi juga melalui kegiatan ilmiah dan riset kolaboratif,” tambahnya.
Prof Ari mengatakan, sebagai bagian dari bentuk pengabdian kepada masyarakat, FKUI juga akan melaksanakan berbagai kegiatan bakti sosial bekerja sama dengan PELNI. Kegiatan ini meliputi operasi katarak, tes kesehatan dasar, penyuluhan stunting, dan edukasi kesehatan lainnya.
“Kegiatan ini tidak hanya memberikan pelayanan langsung, tetapi juga berfungsi sebagai media edukasi kepada masyarakat. Kami pernah melaksanakan operasi katarak 100 pasien di Maluku Utara, dan kami akan melanjutkan program seperti itu secara rutin,” ungkap Prof. Ari.
Dalam kesempatan tersebut, FKUI juga meresmikan pembentukan Komisariat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI FKUI) di Maluku Utara. Komisariat ini berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara alumni, mahasiswa asal Maluku Utara, dan pihak kampus.
“Komisariat ini akan menjadi wadah dukungan moral dan profesional kepada para dokter maupun mahasiswa dari Maluku Utara yang sedang menempuh pendidikan di UI,” jelasnya.
Untuk memastikan distribusi spesialis yang merata, Prof. Ari menegaskan bahwa kuota untuk masing-masing bidang spesialisasi akan diatur ketat. Misalnya, satu orang untuk bidang mata, satu untuk ortopedi, satu untuk penyakit dalam, dan seterusnya.
“Tidak boleh semua calon mengambil satu bidang yang sama, misalnya dua orang ambil spesialis anak. Kita harus membagi secara merata agar tidak terjadi kekosongan di bidang lain. Kita sudah terapkan ini di Papua dan akan diterapkan juga di Maluku Utara,” tegasnya.
Program pendidikan spesialis ini sepenuhnya didukung oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Gubernur telah berkomitmen memberikan beasiswa kepada para dokter asal daerah yang mengikuti pendidikan di FKUI.
“Gubernur sudah janji dan saya juga sudah tanda tangan kerja samanya. Semoga program beasiswa ini bisa segera terealisasi dan membawa dampak besar bagi kesehatan di Malut,” tutup Prof. Ari.
Diketahui, kegiatan Bersama Untuk Masyarakat Indonesia (BUMI 3.0) FKUI ini menyasar pada upaya peningkatan akses layanan kesehatan dan literasi medis di kawasan timur Indonesia. warga akan mendapat pemeriksaan kesehatan gratis, mulai dari skrining TBC dengan teknologi AI, operasi katarak, pemeriksaan IVA, hingga sunatan massal dan pembagian makanan bergizi bagi balita rawan stunting.**