MOROTAI– Bertempat di Ruang Rapat Universitas Pasifik Morotai, tim peneliti BlueSchool menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Survei Kebutuhan Media Pembelajaran Pendidikan Perubahan Iklim Berbasis Sumber Daya Lokal di Wilayah Pesisir”. Kegiatan ini merupakan bagian dari skema Hibah Penelitian Fundamental Reguler Tahun 2025 yang didukung Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM).
FGD ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, antara lain perwakilan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai. Hadir pula akademisi dari Universitas Pasifik Morotai, guru-guru dari SDN Gorua dan SDN Sakita, serta tokoh masyarakat dan nelayan setempat.
Diskusi berlangsung aktif dan reflektif, membahas berbagai persoalan lingkungan yang dihadapi masyarakat pesisir, seperti abrasi pantai, cuaca ekstrem, kerusakan ekosistem mangrove, serta penurunan hasil tangkapan laut.
Ketua Tim Peneliti BlueSchool, Risky Richlos Sarapung, M.Pd., menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi langkah awal dalam penyusunan media pembelajaran kontekstual yang memadukan isu perubahan iklim dengan kearifan lokal Morotai.
“Selama ini pembelajaran IPA di SD belum banyak menyentuh realitas pesisir. Padahal, anak-anak kita hidup di tengah perubahan lingkungan yang nyata,” ujarnya.
Kepala LPPM Universitas Pasifik Morotai, Sukarmin Idrus, ST., MT., dalam sambutannya menegaskan pentingnya riset ini sebagai bentuk kontribusi nyata kampus dalam menghadirkan pendidikan yang kontekstual dan berdampak.
“Kami percaya bahwa pengetahuan lokal memiliki kekuatan untuk membangun kesadaran iklim sejak usia dini,” ungkapnya.

Sebagai tindak lanjut dari FGD, disepakati pengembangan Buku Cerita Bergambar dan Buku Praktik Mangrove yang memuat konten lokal, narasi adaptasi masyarakat pesisir, serta panduan konservasi lingkungan yang ramah anak. Buku-buku ini akan didistribusikan ke sekolah-sekolah intervensi di wilayah pesisir Morotai, termasuk SDN Gorua dan SDN Sakita.
Media pembelajaran ini dirancang tidak hanya sebagai alat bantu ajar, tetapi juga sebagai sarana menumbuhkan empati, tanggung jawab, dan kepedulian lingkungan di kalangan siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran akan diperkaya dengan observasi mangrove, penanaman bibit, hingga pemanfaatan cerita rakyat pesisir.
Ke depan, proyek BlueSchool diharapkan dapat menjadi model nasional dalam pengembangan pendidikan perubahan iklim berbasis sumber daya lokal, terutama untuk wilayah kepulauan dan pesisir di Indonesia. (**)

