Pendidikan literasi finansial termasuk salah satu literasi dasar dalam keterampilan abad 21 yang digunakan untuk menghadapi kehidupan dunia global agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain dalam menciptakan kesejahteraan (Laila et al., 2019).
Berdasarkan survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016 bahwa tingkat literasi finansial masyarakat Indonesia ada pada angka 29,7% persen sangat jauh bila dibandingkan dengan literasi finansial negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) (Sholeh, 2019).
Kondisi ini membuktikan rendahnya pemahaman dan kedekatan masyarakat dalam akses finansial.
Berdasarkan hasil penelitian dari Sulaeman Rahman Nidar & Sandi Bestari, (2012) bahwa kurangnya literasi finansial menyebabkan seseorang kesulitan untuk melakukan investasi atau mengakses ke pasar keuangan. Sehingga Pemerintah bergerak cepat untuk melakukan berbagai upaya mengajarkan pendidikan literasi finansial (Laila et al., 2019).
Misi penting dari literasi finansial adalah untuk melakukan edukasi dibidang keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas, sehingga rendahnya pengetahuan tentang industri keuangan dapat diatasi dan masyarakat tidak mudah tertipu pada produkproduk investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkan risikonya (Yushita, 2017).
Pendidikan sangat berperan penting dalam pembentukan literasi finansial baik pendidikan informal di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal baik dari tingkat sekolah dasar, menengah sampai Perguruan Tinggi (Widayati, 2012).
Pengelolaan finansial yang baik harus didukung oleh literasi finansial yang baik. Literasi finansial juga berpengaruh kepada perilaku keuangan yang positif (Said & Amiruddin, 2017), juga memiliki pengaruh terhadap pengelolaan keuangan keluarga (Purniawati & Lutfi, 2019).
SMKS Pembangunan Ternate pada awal pendiriannya hanya membuka 1 program keahlian, yaitu Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Hingga 5 tahun kemudian, sekolah membuka kompetensi keahlian baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu Teknik Gambar dan Bangunan.
Kemudian 5 tahun berikutnya membuka kompetensi keahlian Akuntansi dan Perbankan Syariah. Dengan demikian SMKS Pembangunan ternate sangat berperan penting dalam penguatan litrerasi keuangan di lingkup Pendidikan menengah di Kota Ternate.
Berdasarkan observasi dan survei pendahuluan (Januari 2024) Tim PKM siswa/siswi SMKS Pembangunan Ternate masih belum memahami dengan benar bagaimana mengatur prioritas dalam penggunaan keuangan.
Financial planning maupun instrument Lembaga keuangan yang ada di Indonesia, hal ini perlu memerlukan perhatian khusus karena Gen Z yang merupakan tongkat penerus bangsa yang berperan penting dalam peningkatan dan kesejahteraan yang di mulai dari lingkup terkecil pelaku ekonomi yakni individu warga negara, terlebih lagi para siswa/siswi SMKS Pembangunan Ternate merupakan siswa/siswi kejuruan yang mengambil konsentras akuntansi dan perbankan syariah.
Salah satu Tridharma perguruan tinggi adalah dengan melakukan Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM).
Universitas Khairun sebagai salah satu Lembaga perguruan tinggi Negeri Terbesar di Maluku Utara berkomitmen memberikan pelayanan kepada Masyarakat olwh sebab itu Tim PKM bermaksud memberikan pengetahuan dan sosialisasi tentang literasi keuangan di SMKS Pembangunan Ternate. Hal ini selaras dengan pernyataan Alifah, dkk. (2020)
“Pendidikan literasi keuangan perlu difokuskan pada usia sekolah, karena semakin baik wawasan seorang anak tentang literasi keuangan maka risiko mengalami permasalahan keuangan dimasa depan bisa dikurangi”.
Adapun indikator pencapaian yang diharapkan dalam PKM kali ini adalah selaras dengan pernyataan Oseifuah (dalam Maulani, 2016:22) bahwa terdapat beberapa indikator penilaian tentang pengetahuan literasi keuangan yang sering dibahas dalam literatur, diantaranya:
Pengetahuan matematis dan dasar seperti angka;
Pemahaman tentang sifat, bentuk uang, dan penggunaan uang dalam memenuhi kebutuhan;
Kompetensi keuangan seperti memahami layanan dasar keuangan, sikap dalam menggunakan uang dan tabungan, pentingnya pencatatan dan pengelolaan keuangan;
Sadar akan penggunaan produk jasa keuangan beserta risiko-risiko yang terdapat di dalamnya;
Kemampuan membuat keputusan yang tepat mengenai masalah keuangan, dan masalah ketika memakai produk jasa keuangan
Selanjutnya literasi keuangan berhubungan langsung dengan keberhasilan seorang anak di masa depan dan sebagai pengetahuan penting bagi siswa dan siswi dalam mencapai kesuksesan.
Oleh sebab itu, pelajar di SMK Pembangunan Ternate perlu mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang pengenalan literasi keuangan.
Menurut data sekolah sebanyak 82% masih belum mengenal literasi keuangan. Diharapkan para siswa mempunyai keterampilan literasi keuangan, dan mengetahui kemampuan literasi para siswa serta dapat meningkatkan pemahaman literasi siswa melalui pemberian materi oleh kelompok PKM .
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKM ini adalah metode Sosialisasi partisipatif. keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan lahiriahnya. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil. Dari analisis situasi dan permasalahan yang dihadapi siswa/i Gen Z pada SMKS Pembangunan Ternate, maka dapat dinyatakan pemilihan Pengenalan Literasi Keuangan yang ditetapkan untuk menyelesaikan dan mencari solusi untuk permasalahan Mitra untuk kegiatan.
Catatan :
Kegiatan Pelatihan di Sekolah SMK Pembangunan Ternate yang diikuti sebanyak 40 siswa pada hari Senin, 13 Mei 2024
Nama Kepsek : Sardan A Rahman, S.Pd
Ketua Tim/Narasumber : Dr. Chairullah Amin, SE.,M.Si
Anggota/Narasumber : 1. Dr. Irfan Zamzam, SE.,M.Si Ak
2. Yetty, SE.,ME
3. Abi Suar, SE.,ME
4. Firdaus Duko,SE..,M.Si
Discussion about this post