Penulis: Dianita Widya Gandhi
Merupakan mahasiswa program doktoral ilmu kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi edukasi dan pendampingan dalam meningkatkan kompetensi remaja, khususnya calon pengantin.
Dalam upaya meningkatkan status gizi mereka berdasarkan budaya lokal di Pulau Taliabu. Fokus utama dari intervensi adalah pencegahan anemia dan kekurangan energi kronis (KEK). dua masalah gizi yang umum terjadi di kalangan remaja. Metode penelitian ini melibatkan pengembangan program edukasi yang disesuaikan dengan budaya lokal Pulau Taliabu dan implementasinya melalui sesi-sesi interaktif, diskusi kelompok. dan kegiatan praktis.
Selain itu, pendekatan pendampingan juga diterapkan untuk memastikan pemahaman yang lebih baik dan penerapan praktik gizi yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya terus mengembangkan dan meluaskan program-program edukasi dan pendampingan serupa di berbagai wilayah yang memiliki masalah gizi serupa. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak lokal, seperti lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan kelompok remaja, untuk memastikan keberlanjutan dan penerapan praktik gizi yang sehat dalam jangka panjang. Dengan meningkatnya kompetensi remaja dalam hal gizi dan pencegahan anemia serta KEK, diharapkan dapat terjadi peningkatan status gizi secara keseluruhan di Pulau Taliabu, serta peningkatan kesejahteraan dan produktivitas masyarakat secara luas.
PENDAHULUAN
Menurut data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia menunjukkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia sebanyak 1.62 miliar orang. WHO juga mencatat 40 kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dan KEK dengan prevalensi terbanyak dari kasus tersebut karena ibu Kurang Energi Kronis (KEK) dapat menyebabkan status gizi yang berkurang.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi mencapai 489. Prevalensi KEK pada wanita hamil di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 sebesar 17,3962.
Berdasrkan hal tersebut maka diperlukan penanganan yang tepat termaksud mempersiapkan kesehatan calon pengantin secara langsung terkait dengan kesuburan3. Kondisi fisik yang baik, termasuk fungsi sistem reproduksi yang optimal, dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya kehamilan yang sehat dan berkembang dengan baik.
Pulau Taliabu memiliki budaya yang unik, penduduk asli Pulau Taliabu dihuni oleh tiga suku utama yakni, Mangea. Siboyo, dan Kedai. Kondisi geografis Kabupaten Kepulauan Taliabu terbagi menjadi dua bagain. yaitu bagian pesisir dan bagian pegunungan.
Pulau Taliabu dikelilingi oleh pulau-pulau dari berbagai provinsi yang berbeda-beda. sehingga potensi kehadiran berbagai unsur budaya lainnya yang sangat beragam menyebabkan munculnya budaya baru di Pulau Taliabu. Potensi makanan khas di Pulau Taliabu cukup beragam, setelah dilakukan studi lapangan sederhana. ditemukan pangan lokal seperti Ganemo, Suami, Tebu Ikan, dan Rumput Laut. Potensi lokal tersebut dapat diteliti lebih lanjut untuk melihat kandungan gizi yang sesuai dan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan Fe basi remas.
HASIL / PEMBAHASAN
Penguatan program Edukasi dan Pendampingan terhadap peningkatan kompetensi remaja (calon pengantin) dalam peningkatan Status Gizi Berbasis Budaya Lokal Pulau Taliabu untuk mencegah Anemia dan KEK. Berdasarkan hasil analisa. terdapat beberapa masalah yang masih perlu diatasi:
1.Calon pengantin
Pada Calon Pengantin menunjukkan diperlukan upaya menyeluruh dan berkelanjutan untuk meningkatkan literasi kesehatan dan nutrisi calon pengantin, dengan fokus pada evaluasi, kemitraan, dan strategi keberlanjutan. guna mengatasi anemia dan KEK serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
2.Anemia dan KEK pada calon pengantin
Anemia dan KEK pada Calon Pengantin menegaskan perlunya pemahaman yang lebih baik tentang nutrisi dan langkah-langkah pencegahan yang komprehensif terhadap anemia dan KEK pada calon pengantin, dengan fokus pada evaluasi. akses terhadap informasi, dan implementasi program berkelanjutan untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang optimal. 3.Penyebab atau faktor risiko Anemia dan KEK pada calon pengantin
Akar penyebab terjadinya Anemia dan KEK pada Calon Pengantin dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kurangnya pemahaman tentang nutrisi, pola makan tidak seimbang. serta faktor lingkungan dan sosial, menegaskan urgensi edukasi kesehatan komprehensif. promosi pola makan sehat. dan peningkatan akses terhadap sumber daya kesehatan dan pangan berkualitas untuk pencegahan dan penanggulangan kondisi tersebut.
4.Dampak dan gejala anemia dan KEK pada calon pengantin Dampaknya dapat disimpulkan bahwa kelelahan berlebihan dan kesulitan berkonsentrasi, menekankan urgensi deteksi dini. pengobatan yang tepat. serta pendidikan kesehatan dan akses terhadap nutrisi seimbang untuk mengurangi dampak tersebut. 5.Pencegahan Anemia dan KEK pada calon pengantin Pencegahan dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi prevalensi anemia pada calon pengantin. diperlukan pendekatan holistik dan berkelanjutan. yang melibatkan edukasi gizi. promosi makanan kaya zat besi. peningkatan akses suplemen, serta kolaborasi antarpemangku kepentingan. merupakan kunci dalam upaya pencegahan anemia pada calon pengantin.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berikut rekomendasi kebijakan terkait Edukasi dan Pendampingan terhadap peningkatan kompetensi remaja (calon pengantin) dalam peningkatan Status Gizi Berbasis Budaya Lokal Pulau Taliabu untuk mencegah Anemia dan KEK: 1.Tools Literasi Kesehatan dapat berupa Modul Berbasis Budaya Lokal.
Modul disesuaikan dengan budaya lokal menggunakan bahsa daerah lokal sehingga memungkinkan pesan-pesan kesehatan untuk disampaikan dengan cara yang relevan dan dapat dipahami oleh masyarakat setempat. d
Dalam hal ini. suku utama di Pulau Taliabu (Mangea. Siboyo. dan Kedai). Ini dapat meningkatkan daya terima dan efektivitas pesan-pesan pencegahan Anemia dan KEK pada remaja. 2.Penyusunan Menu Berdasarkan Pangan Lokal. Melalui penyusunan menu berdasarkan pangan lokal yang mudah ditemukan. seperti Ganemo. Suami. Tebu Ikan, dan Rumput Laut, dan lain lain (perlu kajian mendalam lebih lanjut). kajian ini mengusulkan solusi praktis dalam meningkatkan asupan nutrisi masyarakat. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang kaya akan nutrisi dan mudah di diperoleh masyarakat Pulau Taliabu sehingga dapat juga dapat menjadi program pencegahan stunting yang lebih berkelanjutan dan terjangkau. 3.Pemberian Edukasi Berbasis Budaya Lokal untuk Mencabut Akar Stunting. Pendekatan Budaya dalam memberikan edukasi melalui Literasi Kesehatan menggunakan media edukasi Modul atau Aplikasi berbasis budaya lokal (Disesuaikan dengan bahasa utama pulau taliabu yakni pada suku Mangea, Siboyo. dan Kedai) sehingga menunjukkan pemahaman yang luas terhadap kompleksitas masalah stunting khususnya di Pulau Taliabu.
Melalui peningkatan kompetensi calon pengantin (remaja) tentang literasi kesehatan pencegahan Anemia dan KEK. tidak hanya akan meningkatkan pemahaman tentang masalah tersebut. tetapi juga memberikan kemampuan bagi masyarakat untuk mengambil tindakan yang proaktif dalam pencegahan stunting secara holistik.
DAFTAR PUSTAKA 4
1. Shah SA. Soomro U. Ali O. etal. The Prevalence of Anemia in Working Women. Cureus. August 2023:15 644104.
2. Zulfa Hasyimiyyah I. Hubungan Kejadian Anemia Defisiensi Besi Pada Kehamilan Lanjut Dengan Luaran Persalinan Pada Ibu Dan Bayi Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Ntb Periode Tahun 2021 Dan 2022. Universitas Mataram: 2023.
3. Wang H, Abbas KM, Abbasifard M. et al. Global age-sex-speafic fertility, mortality. healthy Ife expectancy (HALE). and population estimates in 204 Countries and territones. 1950-2019 a comprehensnve demogaphicanalyss for the Global Burden of Disease Study 2019. Lancet (internet) October 2020.396.1160-—1203. Available at: http://dx.do1.org/10.1016/501406736420)30977-6
4. Mussawar M. Baisom AA, Totosy de Zepetnek JO. etal The effect of physical activity on fertility: a mini-review. F&S Reports (lnternet). 2023,4:150-—8. Available at: https /www.sciencedirect com/science/articie/pi/S26663 34123000442
5. Amri A, Khalidi M Efektivitas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Terhadap Pernikahan Di Bawah Umur. J Justisia J Ilmu Hukum, Perundang-Undangan Dan Pranata Sos. 2021:6 85-101.
6. Miatus Zulaizeh F. Ika Pipitcahyani T. Nurul Aini E. etal. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Calon Pengantin Mengenai Kesehatan Pranikah: The Infiuence Of Heaith Education On Increasing The
Knowiedge Of Prospective Brides About Pre-Marital Heaith. J Online Dengan Open J Syst Vol 4 No 1 JMSWH: 13-22: J Midwifery Sci Women’s Heal Vol 4 Na 1 JMSWH: 13-22: 2747-0970: 1036082/jmswh v41 (internet|) 2023: Avallabie at: https://ejournal poitekkesjakarta1 ac idindex php/bdan/articieview/1100
7. Khaerani SN. Faktor ekonomi dalam pernikahan dini pada masyarakat Sasak Lombok. Oawwam. 201913 1-13.
8. LehriS, LinbergA. Niklas F. et al. The Home Learning Environment inthe Digital Age—Associations Between Self.Reported “Analog” and “Digital” Home Learning Environment and Children’s Socio-Emotional and Academic Outcomes. Front Psychol (internet). 2021:12. Available at: https:/www.frontersin.orgjournais/psychology/artides/10.338 Mfpsy9g.2021.5925 13. (**)
Discussion about this post