Permainan Kasar dan “brutal” yang ditunjukkan pemain Persiraja saat meladeni tim tamu Malut United di Stadion Langsa Aceh, Selasa (5/3/2024) tak akan dibalas anak-anak Malut saat bermain di kandang nanti.
Meskipun perlakuan tuan rumah Persiraja Banda Aceh terhadap tim tamu Malut United saat bertandang di Stadion Langsa Aceh, tidak akan dibalas.
Betapa sportifitas diabaikan seolah-olah sepakbola melulu soal menang. Tak boleh kalah. Permainan sangat kasar ini dipertontonkan secara terbuka.
“Permainan sangat kasar ini dipertontonkan secara terbuka. Apakah kami akan membalas dengan yang sama di Leg 2 saat jadi tuan rumah?. Jawabnya Tidak. Malut United tak sepicik itu meski kami dirugikan,”ungkap Asghar Saleh salah satu manajemen Malut United.
Tak hanya sepanjang 90 menit tetapi sebelum bermainpun teror sudah diberikan. Lapangan Langsa tak punya security zone yang aman, ruang ganti hanya berukuran 3 x 4 meter tanpa AC sama sekali.
Bayangkan ada lebih dari 30 orang berkumpul di dalamnya. Belum lagi pintu ruang ganti yang dipukul dari luar disertai sumpah serapah.
Menurutnya, apa yang dialami Ilham Armaiyn cs selama jalannya pertandingan tidak mengganggu kosentrasi bermain laskar Kieraha. Sebab sudah menjadi komitmen pelatih maupun pemain tetap menghormati keputusan wasit.
“Apakah kami marah dan protes?. No!!!. Kami tetap menghargai fair play dan menjunjung rule of the game bahwa keputusan wasit mutlak dan tak bisa mengubah hasil sebuah pertandingan,” katanya.
Laga sengit cenderung keras terjadi dalam pertandingan Persiraja vs Malut United di leg pertama perebutan peringkat ketiga Liga 2 musim ini. Kedua tim tampil ngotot sebab pemenang dalam babak ini, berhak meraih tiket terakhir menuju Liga 1 musim depan.
Tercatat 8 kartu kuning dikeluarkan oleh wasit kepada dua tim, 5 kartu kuning untuk Persiraja dan 3 kartu kuning lainnya untuk pemain Malut United.
Seperti diketahui, pertandingan tersebut berakhir dengan kericuhan di laga perebutan Peringkat Ketiga Liga 2 musim ini, laga Persiraja vs Malut United bahkan sampai terhenti di menit ke-90+2 hingga akhirnya diputuskan untuk diakhiri karena kondisi tidak memungkinkan
Keputusan Sugandi yang tidak menghadiahkan tendangan penalti kepada Persiraja di menit akhir perpanjangan waktu babak kedua, memicu protes keras dari pihak tim Persiraja.
Ketegangan mencapai puncaknya ketika para pemain Persiraja, yang dikenal dengan julukan Laskar Rencong, langsung mengonfrontasi wasit.
Kapten Persiraja Andik Vermansah terlihat sempat mencengkram kerah wasit saat melakukan protes akibat tidak diberikannya tendangan pinalti.
Sementara itu, kekecewaan juga terlihat dari reaksi para penonton, yang turun ke lapangan, sehingga membuat pertandingan terhenti.
Wasit dan perangakat pertadingan terkait pun langsung meninggalkan lapangan pertandingan, hanya menyisakan para pemain Persiraja dan Malut United.
Laga Persiraja vs Malut United pun sempat terhenti akibat protes tersebut, hingga akhirnya diputuskan jika laga sudah usai dengan skor 0-0.
“Kita berharap Komdis mengambil sikap terhadap Persiraja Banda Aceh, opini seakan seakan Malut United dibantu wasit. Dalam sepak bola kita junjung tinggi Fair Play, keputusan wasit tetap dihargai,” ungkap Asghar Saleh yang juga mantan Sekum Persiter Ternate tersebut. (red)
Discussion about this post