JAKARTA- Muhammad Fajar Hasan, pengusaha asal Sulawesi Tenggara yang juga wakil bendahara umum ICMI Pusat memberi harapan kepada seluruh stakeholder agar roda ekonomi di Indonesia berjalan stabil, saat media temui dini hari di salah satu restoran, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/11/2022).
Menurut Fajar Hasan bahwa sekarang lagi kita akan memasuki tahun politik 2023, kalender politik lima tahunan. Tahapan pemilu akan bergulir menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024.
Fajar memastikan energi bangsa akan terkonsentrasi pada tahapan pemilu, baik sebagai partisipan pasif maupun sebagai kontestan masuk arena kompetisi sirkulasi kepemimpinan dan kekuasaan.
“Dari sisi bisnis dan saya selaku pengusaha, yang terpenting adalah keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil, tidak terganggu serta kebijakan nasional mengenai program hilirisasi pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkoreksi”. Kata M.Fajar Hasan.
Ia menegaskan bahwa Menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024 mendatang yang terpenting untuk pengusaha keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil, tidak terganggu dan program hilirisai SDA tidak terkoreksi,” kata Pengusaha Asal Sulawesi Tenggara saat kepada wartawan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI bahwa capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari – Maret) Tahun 2022 yaitu sebesar Rp. 282,4 triliun, lebih tinggi 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Capaian Triwulan I Tahun 2022 juga meningkat 16,9% dibandingkan Triwulan IV Tahun 2021.
Capaian Triwulan I Tahun 2022 berkontribusi sebesar 23,5% dari target realisasi yang dicanangkan sebesar Rp1.200 Triliun.“Tren positif ini harus tetap dijaga bersama melalui stabilitas politik yang sejuk, hukum dan keamanan”, tutur Fajar.Lebih lanjut Wakil Bendahara Umum ICMI Pusat
Lanjut Fajar, Ia tentu mengatakan harapan para pengusaha di Indonesia Konstelasi politik kekuasaan tahun 2024 mendatang tidak mengoreksi iklim investasi di dalam negeri yang saat ini sudah berlangsung baik.
Namun, justru dapat memberikan stimulus akan pergerakan atau percepatan investasi karena adanya jaminan stabilitas politik dalam negeri.“Portofolio investasi dalam negeri trennya terus naik, pertanda pemodal dan pebisnis percaya dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia makin cerah dan menjanjikan,” ungkap mantan Ketua Majelis Permusyawaran Mahasiswa Universitas Halu Oleo.
Ketua Harian Jaringan Indonesia Korwil Sultra juga mengatakan bahwa selain pertimbangan situasi politik dalam negeri, kita juga harus bersiap menghadapi gelombang resesi global sebagai akibat dari ketidakpastian geopolitik global yang dipicu oleh perang Russia-Ukraina yang belum berkesudahan.
“Kita berharap dampak dari perlambatan ekonomi global, tidak mempengaruhi iklim keberlanjutan investasi. Sekali lagi, situasi ini merupakan ujian bagi teman-teman pengusaha.
Tetapi kami percaya bahwa pemerintah kita telah melakukan langkah-langkah proteksi ekonomi dalam negeri agar tidak terkoreksi oleh resesi global dan pengusaha akan berdiri bersama pemerintah menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terguncang oleh resesil,” tuturnya. Komisaris Utama PT Tetap Merah Putih
Ia juga menyatakan bahwa dampak resesi tidak akan terasa di Indonesia khususnya pada sektor bisnis komoditas minerba, pasalnya perdagangan komoditas minerba khususnya nikel dan batu bara tidak terkoneksi dengan epicentrum resesi yaitu Eropa dan Amerika.“Untuk batu bara, kita lebih banyak ekspor ke Cina, India, Jepang dan beberapa negara Asean.
Sementara untuk komoditas nikel, 10 tahun terakhir ini kita berhenti ekspor karena pengelolaannya di dalam negeri melalui kebijakan hilirisasi,” ucapnya.Pengurus Pusat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia ini.
Lantas nama panjang Muhammad Fajar Hasan juga mengingatkan, mengantisipasi dampak resesi global, agar dunia usaha tetap fokus pada core business masing-masing dan agak hati-hati, kalkulatif ketika melakukan ekspansi bisnis. Sementara perlu menghindari proyeksi bisnis spekulatif dan high risk, karena di depan mata pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di dunia terkoreksi, secara otomatis akan mempengaruhi proyeksi investasi di negara mitra.
Tetapi kita tidak perlu khawatir secara berlebihan karena fundamental ekonomi dalam negeri cukup kuat dan kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan mikro menggembirakan,” pungkasnya. (**)
Discussion about this post