Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim dan Taman Budaya Dalam Temu Karya Taman Budaya

Kegiatan Temu Karya Taman Budaya Se- Indonesia yang ke- XXI serta menggandeng Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur untuk persiapan agenda tersebut.
Adapun tujuan dari kegiatan tersebut adalah mendokumentasikan seluruh budaya khususnya tarian- tarian daerah yang da di Kalimantan Timur.

Pengambilan video yang dipusatkan di wilayah IKN Sepaku yaitu berfokus pada wilayah inti didalam IKN itu sendiri diantaranya: Titik Nol, Perkemahan Presiden RI Bapak Joko Widodo dan terakhir adalah Landasan Heliped IKN.

Untuk persiapan – Persiapan kegiatan tersebut yang akan dilaksanakan pada tanggal 19- 21 September 2022 maka beberapa pihak dihubungi untuk pengambilan video tersebut, salah satunya masyarakat Paser yang dalam hal ini menampilkan tarian khas untuk pengambilan di Titik Nol yaitu Tarian yang di sebut ” Nayu Paser Nusantara” tarian variasi karya Dr. ( Can) Nurul Kamaliah Umasangaji yang merupakan mahasiswa doktoral Sosiologi Universitas Negeri Makassar.

Pengambilan video tersebut untuk Titik Nol adalah pengambilan video khusus tarian Paser. Tokoh Adat Paser bersepakat untuk tarian yang divideokan adalah tarian Variasi dan tarian pakem Paser yaitu Nayu Paser Nusantara dan Ronggeng Paser.

Untuk wilayah Heliped dan Area perkemahan khusus pengambilan tarian Kutai dan Dayak. Kegiatan ini harus didukung penuh sehingga kita mengenal budaya kita dengan baik dan budaya luar juga dengan baik ungkap Bapak Hasanuddin yang merupakan Tokoh Adat Paser sekaligus Humas Masyarakat Paser Sepaku.

Pengambilan Video yang diambil tepat pukul 12.00 wita tak menyurutkan para penari yang siap tampil, dalam pengambilan video pertama yaitu ” Nayu Paser Nusantara” terlibat langsung Dr. ( Can) Nurul Kamaliah Umasangaji sebagai salah satu penari dengan beranggota 5 orang penari dewasa dan ditutup oleh tarian Ronggeng Paser dengan menampilkan remaja- remaja Paser berjumlah 8 orang, harapan kedepannya adalah budaya – budaya ini harus dilestarikan sehingga tidak putus ditengah jalan sehingga anak cucu mampu menikmati budaya leluhur dengan baik. (**)