Rahmatan Lil Alamin sebagai ruang untuk mengikis pemahaman ekstrim H.Hidayatussalam Syehan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara.
Islam bukan sekedar agama yang bersifat ritual, namun Islam adalah jalan hidup.
Menurutnya, ajaran Islam meliputi semua aspek kehidupan manusia.lengkap dengan tata cara atau adab disertai doa. setiap muslim wajib mempelajari dan mengamalkan sebisa mungkin.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW “Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim”. tidak sedikit remaja bahkan orang dewasa memiliki kesadaran ini dan kemudian mencari jalan untuk “Berhijrah”.
Suatu langkah terpuji dan mulia. Namun, penting dicatat bahwa hijrah tidak bisa otodidak, belajar agama tidak bisa hanya dengan membaca buku atau blog apalagi mimpi, tetapi harus melalui lembaga pendidikan legal atau guru yang memiliki otoritas untuk membimbing yang dalam bahasa agama disebut mursyid musannad.
Kenyataan yang muncul dalam proses hijrah, sering didapati kekeliruan dalam berguru, kesalahan dalam mengikuti grup atau website tertentu sehingga tidak sedikit yang salah kaprah dalam mengartikan dan mengamalkan ajaran Islam.
Orang dengan niat dan sifat baik bisa saja terhasut dan salah arah jika didoktrin dengan dalil-dalil agama yang disalah artikan sesuai kepentingan.
Olehnya perlu berhati hati dalam setiap proses hijrah.
Hijrah memerlukan bimbingan ulama sebagai pewaris Nabi, yang tentunya memiliki pemahaman Islam yang kaffah dan bersanad.
Bukan hanya sekedar Ilmu pengetahuan saja, namun ulama tersebut juga harus memiliki akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Firman Nya dalam Alquran surah Al Anbiya ayat 107, “Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”. keteladanan atas diri Nabi sebagai Rahmatan lil Alamin itu mutlak bagi setiap umatnya. Di manapun ada ummat Islam, semestinya disekitarnya tercurah dan tersebar rahmat.
Kata dia, hal ini bisa terlihat di Ternate yang mana ummat Islam mayoritas bahkan superior pada zaman Kesultanan namun hingga kini komunitas minoritas tetap aman dalam menjalani kehidupan mereka.
Bahkan melebur dalam persaudaraan sesama manusia (ukhuwah insaniyah, dalam ajaran Islam). Nabi Muhammad SAW dalam penyebaran Islam selalu mengedepankan rahmat dan kasih sayang. sebagaimana perintah Allah SWT dalam Alquran surah An Nahl ayat 125.
“Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang yang baik”. Selain itu terdapat perintah berbuat baik dan larangan berbuat kerusakan.
Dia menuturkan, kelompok ekstrim adalah dengan membenarkan kekerasan bahkan bunuh diri sekalipun. selain itu pemerintahan yang sah diberi label “thagut” yang dalam term ilmu Tafsir berasal dari kata thaga’ yang berarti dzalim, penindas, sewenang-wenang melanggar batas.
“Hal ini jelas keliru jika diterapkan di Indonesia. dalam konteks NKRI, pemerintah kita masih mengurusi agama, haji, umrah, hari hari besar agama, dan sebagainya bahkan hampir seluruh masjid, TPQ, Pondok Pesantren di Indonesia mendapatkan bantuan dari negara baik pemerintah pusat maupun daerah,” terangnya.
Pemerintah juga, kata dia, orang beragama yang juga beribadah sesuai keyakinannya. setiap waktu shalat berkumandang adzan di seantero wilayah kedaulatan NKRI.
Olehnya negara Republik Indonesia yang merupakan rahmat Tuhan sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dengan budaya toleransi yang tinggi perlu dijaga kedamaian nya.
“Damai itu indah dan mahal. kita bisa melihat negara-negara luar yang hancur karena menyebarnya ajaran-ajaran yeng membenarkan kekerasan dan tindakan terorisme. salah satu contoh besar adalah Suriah, yang dulunya merupakan salah saru pusat peradaban Islam yang indah dengan arsitektur timur tengah yang megah, masjid-masjid dan gereja bersejarah, hunianhunian indah kini tinggal puing-puing yang dibawahnya tertimbun ribuan mayat orang tak berdosa.
Dikatakan, untuk menghindari mudharat besar perlu diwaspadai menyebarnya aliran yang membenarkan tindakan kekerasaan, ekstrimisme, dan radikalisme. (**)
Discussion about this post